• Bedah Buku Bangga Menjadi Pustakawan

    Berikut ini kami tampilkan dokumentasi kegiatan Bedah Buku "Bangga Menjadi Pustakawan" yang kami adakan ahir tahun lalu. Menghadirkan pembicara utama, Bapak Blasius Sudarsono (Mantan Kepala PDII-LIPI, Pemerhati Perpustakaan) dan Bapak Wiji Suwarno, M.Hum (Kepala Perpustakaan IAIN Salatiga, Penulis)

  • Pelantikan PD ATPUSI Bantul

    Hari Kamis, tanggal 17 Maret 2016 kemarin, ATPUSI DIY melakukan agenda Pelantikan Pengurus Daerah ATPUSI Kab. Bantul DIY. Bertempat di Balai Parasamya Kantor Bupati Bantul, DIY. Acara pelantikan ini dilakukan mulai jam 8.30 sd 12.00 WIB. Acara ini diikuti oleh sekitar 30 pengurus ATPUSI Kab. Bantul. Serta hampir 100 peserta yang terdiri dari Kepala Sekolah, Kepala UPTD, dan tentu saja para pustakawan sekolah se-Kabupaten Bantul.

  • Launching #KulonprogoOneSearch

    Sukses Besar. Pelantikan PD ATPUSI Kulonprogo sekaligus launching program #KulonprogoOneSearch oleh Wakil Bupati Kulonprogo, Drs. H. Sutedjo.

  • IASL 2013 di Bali

    ATPUSI sukses menyelenggarakan Konferensi Pustakawan Sekolah Internasional di Bali 26-30 Agustus 2013. 42nd Annual Conference of the International Association of School Librarianship (IASL)Incorporating the 17th International Forum on Research in School Librarianship

  • Sinergi ATPUSI DIY dan IPI DIY

    ATPUSI DIY untuk periode kepengurusan kali ini memang gencar melakukan konsolidasi. Baik secara internal maupun eksternal. Dan salah satunya adalah menjalin kerjasama dengan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) DIY yang juga merupakan induk setiap organsisasi kepustakawanan di DIY.

Tuesday 20 December 2011

Rekomendasi Rapat Kerja Daerah II ATPUSI Provinsi DIY

REKOMENDASI RAPAT KERJA DAERAH II
ASOSIASI TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH INDONESIA(ATPUSI)
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Minggu, 18 Desember 2011




Sesuai dengan amanat :
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
2. Undang- Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
3. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. Keputusan MENPAN No. 132/KEP/M.PAN/12/2002 Tentang jabatan fungsional pustakawan
5. Peraturan Mendiknas No. 25 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Tenaga Perpustakaan sekolah.

Hasil Rapat Kerja Pengurus Daerah (RAKERDA) ke-2 Pengurus Asosiasi Tenaga Perpustakaan sekolah Indonesia Provinsi D.I. Yogyakarta pada hari sabtu tanggal 17 Desember tahun 2011 dengan mempertimbangkan berbagai aspek permasalahan, harapan, dan tantangan untuk kemajuan pendidikan khususnya dalam bidang perpustakaan sekolah maka kami merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Anggota dan pengurus ATPUSI bersama-sama berusaha untuk meningkatkan kemajuan pendidikan di D.I Yogyakarta melalui perpustakaan sekolah dengan aktif mengikuti kegiatan kepustakaan dan kepustakawanan.
2. Pengurus Daerah ATPUSI tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota Menjalin kerjasama dengan beraudiensi dan sosialisasi dengan pejabat pemerintah (DIKPORA, BPAD, gurbernur, Kanwil KEMENAG, DPRD, BKD) untuk menyampaikan permasalahan dan meminta solusi terkait dengan perpustakaan dan tenaga perpustakaan sekolah.
3. Pengurus Daerah ATPUSI tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan kunjungan ke perpustakaan dan pustakawan yg berprestasi dalam rangka peningkatan pemahaman tentang perpustakaan dan kepustakawanan.
4. Pengurus Daerah ATPUSI tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota melaksanakan Kerjasama dengan lembaga swasta, LSM, Instansi , organisai profesi lain (PGRI,MKKS,dll) dalam penyelenggaraan kegitan pendidikan dan kepustakaan.
5. Pengurus Daerah ATPUSI Provinsi memonitoring pelaksanaan program kerja Pengurus Daerah ATPUSI Kabupaten/Kota : Up-grading.
6. Pengurus Daerah ATPUSI Provinsi memberikan advokasi terhadap anggota yang mendapat tekanan, ancaman di dalam menjalankan tugas sebagai tenaga perpustakaan maupun sebagai pengurus ATPUSI.
7. Pengurus Daerah ATPUSI tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota menyelenggarakan Pelatihan Literasi Informasi , Bimtek Perpustakaan, AMT, Seminar, Diklat, Workshop untuk meningkatkan kompetensi Tenaga Perpustakaan sekolah.
8. Pengurus Daerah ATPUSI tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan rekruitmen anggota melalui seminar, pertemuan nonformal untuk meningkatkan peran tenaga perpustakaan dalam pengembangan kompetensi profesi tenaga perpustkaan sekolah.
9. Pengurus Daerah ATPUSI tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota menyelenggarakan Rapat rutin pengurus daerah.
10. Pengurus Daerah ATPUSI tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi ATPUSI dengan program Pembuatan leflet, spanduk dan papan nama ATPUSI.
11. Pengurus Daerah ATPUSI tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan Wirausaha yang legal untuk memperlancar pendanaan organisasi.
12. Pengurus Pusat ATPUSI membuat rancangan kebutuhan perpustakaan sekolah untuk memudahkan pengelolaan perpustakaan sekolah sehingga dapat mencapai standar Nasinal Perpustakaan Sekolah.
13. Pengurus Pusat ATPUSI melakukan program Pembuatan kartu anggota agar ditangani pengurus Provinsi untuk lebih memudahkan mekanisme pembuatan.
14. Pengurus Pusat ATPUSI melakukan Pembuatan Juknis pelaksanaan kepengurusan.
15. Pengurus Pusat, Pengurus Daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota ATPUSI melakukan mediasi ke Instansi Pemerintah, Swasta, LSM untuk memberikan beasiswa/dana untuk pengembangan/peningkatan kualifikasi Tenaga perpustakaan sekolah.
16. Pemerintah yang berwenang untuk melakukan upaya peningkatan kesejahteraan Tenaga Perpustakaan sekolah diatas kebutuhan minimum dan mempercepat realisasi sertifikasi tenaga perpustakaan sekolah
17. Pemerintah Gurbernur, Bupati, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kantor Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten/Kota, Perpustakaan Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota agar memfasilitasi program kerja dan kegiatan Asosiasi Tenaga Perpustakaan sekolah Indonesia (ATPUSI) di tingkat Provinsi maupun Tingkat Kabupaten/kota.

Demikian rekomendasi ini dibuat dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi tenaga perpustakaan sekolah dan kemajuan pendidikan melaui perpustakaan sekolah.

Yogyakarta, 18 Desember 2011
Ketua ATPUSI Provinsi D.I. Yogyakarta


Arsidi, SIP

Thursday 8 December 2011

RAKERDA 2 DAN SEMINAR


Dalam rangka meningkatkan peran Pengurus ATPUSI agar mampu melaksanakan amanat Permendiknas No. 25 Tahun 2008 tentang standar Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia salah satunya melaui Kegiatan Asosiasi Tenaga Perpustakaan sekolah Indonesia (ATPUSI) dalam melaksanakan program dan kegiatan di Provinsi D.I. Yogyakarta maka akan dilaksanakan beberapa rangkaian kegiatan diantaranya adalah :
Rapat Kerja Daerah dan Seminar dalam rangka Evaluasi Program Kerja Tahun 2011 dan Penyusunan Program Kerja Tahun 2012 dengan tema : “ Menjalin Kerjasama dalam rangka meningkatkan keprofesionalan kepustakawanan sekolah.” Seminar Perpustakaan sekolah dengan tema “ Aku bangga menjadi pustakawan sekolah”
Adapun acara tersebut akan dilaksanakan pada
Hari/tanggal : Sabtu-Minggu/17-18 Desember 2011
Waktu : Pkl. 08.00 WIB-selesai
Tempat : Aula PSBB MAN Yogyakarta III
Jl. Magelang Km. 4 (Selatan TVRI) Yogyakarta 55284
Pembicara : 1. Pengurus PP ATPUSI Bpk. RUA. Zainal Fanani, SH, M.Prac.NLP (Praktisi komunikasi, motivator) 3. Ibu Hanna Latuputty, S.S (Librarian Senior di International British School Jakarta, PP ATPUSI, Ketua Umum APISI)

Informasi lebih detil dan konfirmasi kehadiran/pendaftaran dapat menghubungi CP di No. HP. 085228028899 atau datang langsung ke sekretariat panitia.

Thursday 6 October 2011

Informasi Web ATPUSI PUSAT

Informasi Situs Web ATPUSI PUSAT

klik disini (NEW WEB)

salam pustakawaners,


admin

Tuesday 6 September 2011

SYAWALAN BERSAMA ATPUSI, FPSI, MPPS MA

Dengan tulus kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara untuk menghadiri silaturahmi syawalan bersama pengurus/anggota Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia (FPSI) DIY, Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) DIY dan Musyawarah Pengelola Perpustakaan Sekolah (MPPS) Madrasah Aliyah se-DIY yang InsyaAllah akan diselenggarakan pada,hari/tanggal : Sabtu, 17 September 2011*waktu : pukul 07.30. WIB – selesai bertempat : R. AVA MAN Yogyakarta III (Lt.2) Jalan Magelang km 4 Sinduadi, Sleman (selatan TVRI Yogyakarta) dengan Tema : menjalin silaturahmi membangun kecintaan terhadap membaca dan perpustakaan dengan pembicara : Arsidi, SIP.(Ketua ATPUSI DIY) keynote speaker : Drs. R. Heru Purwanto (Kabid Pembinaan Perpustakaan BPAD DIY) untuk kelancaran acara tersebut setiap peserta dikenakan kontribusi : Rp. 20.000,00 (sertifikat, materi, makan siang)

Mengundang Ketua FPSI

Dra. Rodatun Widayati, M.Pd.

Monday 18 July 2011

SEMINAR DAN PELANTIKAN PD. ATPUSI KAB. GUNUNG KIDUL

Dalam rangka untuk meningkatkan peran strategis pustakawan, khususnya pustakawan sekolah Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia(ATPUSI) Provinsi DIY akan menyelenggarakan acara Seminar dengan tema “ Peran perpustakaan dalam merealisasikan sebagai jantung sekolah ” dalam seminar tersebut akan itu akan membahas peran perpustakaan yang hingga kini belum dianggap vital (penting) meskipun pada kenyataannya ada di sudut-sudut tiap instansi atau lembaga. Peran perpustakaan sering dikerdilkan baik oleh induk lembaga, pemerintah bahkan oleh pustakawan sendiri.
Seiring dengan Terbitnya UU 43 Tahun 2007 dan Permendikns no. 25 tahun 2008 tentang perpustakaan dan standar tenaga perpustakaan sekolah menjadikan sebuah harapan bahwa revitalisasi peranperpustakaan harus sudah dimulai dengan studi terhadap standar kompetensi pustakawan itu sendiri. Dengan demikian, Perpustakaan akan benar-benar berfungsi sebagai daya dukung yang strategis untuk kemajuan pendidikan di sekolah.
Akan berbicara dalam kegiatan tersebut : 1. Bapak Drs. Hajar Pamadhi, MA beliau adalah Ketua Gerakan Pemasyarakatan minat Baca Provinsi DIY dan Dewan Pendidikan di DIY 2.Pengurus Pusat Asosiasi tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia. Dalam tersebut akan dilakukan Pelantikan Pengurus ATPUSI Kab. Gunungkidul periode 2010- 2014 oleh Ketua ATPUSI Provinsi Bpk. Arsidi, SIP.
Adapun susunan Pengurus ATPUSI Kab. Gunung Kidul Sbb :
KETUA Latifah Nurhasani,A.Md SMP Negeri 1 Playen
WAKIL KETUA Alwi Mustofa SMK Negeri 2 Gedang Sari
SEKRETARIS Harini Widyastuti SMK Negeri 2 Wonosari
BENDAHARA Marmi Nurhayati, A.Md SD Negeri Sodo
1. SEKSI KERJASAMA Riana Widayanti , A.Md ( koord) SMP Negeri 1 Ponjong
Heru Gustanta, S.Pd SMP Negeri 1 Semin
Supardilah SMA Negeri 1 Playen
2. SEKSI PENGEMBANGAN Susanti Suprihatin ( koord ) SD Negeri Karangmojo II
Sri Utami SMK Negeri 1 Nglipar
3.SEKSI ORGANISASI &ANGGOTA Sigit Riyanto Purnomo, S.Pd ( koord ) SMP Negeri 1 Paliyan
Lina Dwi Asmuning MTs Negeri Sumbergiri
Woro Suryaningsih, A.Md SMAN 1 Wonosari
4.SEKSI DANA Fadmiyati, M.Pd ( koord ) SMA N 1 Karangmojo
Puji Lestari Rahayuningsih SMK Negeri 1 Saptosari

Adapun peserta yang direncanakan hadir adalah para pustakawan sekolah, pengurus Ikatan Pustakawan Indonesia(IPI) , Kepala Sekolah, Kepala Dinas Pendidikan Kab. Gunungkidul, Kepala Perpustakaan Daerah Kab. Gunungkidul, dan Perwakilan Organisasi Perpustakaan dan pustakawan sekolah yang ada di wilayah Kab. Gunungkidul dengan target peserta 200 orang.
Adapun Pelaksanaan kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Juli 2011 dari jam 08.00 sampai 12.00 WIB ,Tempat di Aula Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Gunungkidul

Tuesday 5 July 2011

Keberadaan Perpustakaan Perlu Kolaborasi Seni

Kamis, 23/06/2011 - 11:25

BANDUNG, (PRLM).- Keberadaan perpustakaan, baik perpustakaan formal maupun informal, haruslah dikolaborasikan dengan unsur seni yang disesuaikan dengan tahapan usia. Hal itu dilakukan untuk menarik minat masyarakat dalam menghidupkan harmonisasi perpustakaan di masyarakat sebagai sumber wahana pembelajaran masyarakat.

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Provinsi Jawa Barat melalui Kepala Bidang Pemberdayaan Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca (PPPBB) Bapusipda Jawa Barat, Oom Nurrohmah, saat ditemui seusai memberikan pengarahan "Workshop Pemberdayaan Perpustakaan Melalui Keterampilan Berbasis Bahan Perpustakaan" di Gedung Bapusipda Provinsi Jawa Barat, Jalan Kawaluyaan Indah, Bandung, Rabu (23/6).

Dalam kesempatan itu, Oom mengatakan, kedinamisan perpustakaan yang disesuaikan dengan aspek rekreatif, diyakini akan meningkatkan minat baca masyarakat. Diakui dia, hingga saat ini kesan perpustakaan di mata masyarakat sebagai wahana pembelajaran dan pengembangan potensi sangat kurang.

"Kesan itu harus kita ubah sedemikian rupa, sehingga keberadaan perpustakaan tidak hanya dipandang sebagai tempat penyimpanan buku, melainkan tempatnya gudang ilmu," ungkap Oom.

Meski demikian, diungkapkan dia, dalam mengubah paradigma tersebut, diperlukan pula keterampilan pustakawan dalam menarik minat masyarakat untuk membaca. "Peran perpustakaan sangat strategis dalam upaya mendidik generasi penerus bangsa. Hal ini menjadi acuan dan pedoman Bapusipda untuk terus melakukan berbagai inovasi pendekatan kepada masyarakat agar terbentuk masyarakat pembaca," katanya. Saat ini, Bapusipda Jawa Barat mengembangkan konsep cerdas, rekreatif, inovatif, dan aktif atau yang dikenal dengan 'CERIA', tambah dia.

Namun, inovasi yang dikembangkan Bapusipda tersebut tidak akan berjalan optimal tanpa dibarengi dengan dukungan peran orangtua. Pasalnya, diungkapkan Oom, peran orangtua-lah yang berkontribusi dalam upaya pembentukan karakter anak. (A-198/A-147)***
(sumber : pikiran rakyat online)

Untuk Bangkitkan Minat Baca, TF dan RAPP Latih Guru Pelita Pustaka

Selasa, 5 Juli 2011 12:29

Riauterkini-PELALAWAN- Tanoto Foundation dan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) menggelar pelatihan guru Pelita Pustaka di Balai Pelatihan dan Pengembangan Usaha Terpadu (BPPUT) RAPP, Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, 7-8 Juli 2011.

Pelatihan itu dihadiri 43 guru dari 7 sekolah di wilayah tersebut. Sebelumnya, pelatihan yang sama juga diselenggarakan di di AAA-L1(TC) Buatan, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak, Riau, 4-5 Juli 2011.

Program Director Tanoto Foundation Dewi Susanti, menyebutkan, pelatihan itu dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada para guru dan murid-murid bahwa membaca itu menyenangkan.

Menurut Dewi, pelatihan yang dikemas dengan pendekatan pembelajaran aktif untuk orang dewasa. Guru dilatih untuk mempelajari fungsi perpustakaan, merencanakan perpustakaan yang menarik, mengkategorikan buku, menyajikan dan menyimpan buku serta membuat sistem manajemen buku.

Selain itu mereka juga dilatih untuk mengembangkan koleksi pustaka dan peraturan pustaka. Setelah pelatihan, peserta diwajibkan untuk menerapkan isi pelatihan ini di sekolah masing-masing, dengan pendampingan berkala dari staf Tanoto Foundation.

Dikatakan, saat ini kemampuan membaca (reading literacy) anak SD kelas VI di Indonesia menduduki posisi akhir dari 30 negara di dunia setelah Filipina (Vincent Greannary, 1998). Dampaknya kapabilitas anak-anak sekolah dasar dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan matematika kurang mumpuni.

Belum lagi fakta bahwa secara nasional, sampai akhir 2009, hanya 32% SD dan 63.3% SMP yang sudah memiliki perpustakaan. Jangka panjang, kecerdasan masyarakat Indonesia akan ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara Asia seperti Filipina sekalipun (Athailah Baderi, 2006).

Mengacu pada isu di atas, Tanoto Foundation (TF) dan PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) mencoba meningkatkan kapasitas sekolah dalam mengelola perpustakaan, memperkaya buku referensi dan buku bacaan, dan meningkatkan minat baca siswa sekolah dasar melalui Pelatihan Guru Pelatihan ini dihadiri oleh perwakilan guru-guru dari 7 sekolah di wilayah Buatan.

Dewi menambahkan, jejaring dan pertemuan antar sekolah juga dibentuk agar peserta dapat berbagi pengalaman dan praktik terbaik dan menyelesaikan masalah yang dihadapi secara bersama-sama.

Pada pelatihan Pelita Pustaka itu, pihak TF mengharapkan setiap guru yang menjadi peserta pelatihan dapat menjadi agen perubahan bagi pengembangan pustaka sekolah. Tentunya TF berharap serangkaian pelatihan-pelatihan yang kami selenggarakan ini dapat memberikan manfaat besar bagi peningkatan minat baca dan pemahaman murid terhadap bacaan.

"Sehingga dapat berefek pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, tidak saja untuk perkembangan di daerah terpencil, namun untuk perkembangan di Indonesia," kata Dewi lagi.*** (rel/son)
(sumber : corporate social responsiblity)

catatan :
semoga mengambil ide dan hikmah dari suguhan artikel ini.

Intip Perpustakaan UI yang Baru Yuk!

Marieska Harya Virdhani
Jum'at, 24 Juni 2011 15:34 wib

Salah satu sudut perpustakaan baru UI (Foto: Margaret Puspitarini/okezone)
Salah satu sudut perpustakaan baru UI (Foto: Margaret Puspitarini/okezone)
DEPOK – Universitas Indonesia (UI) mulai membuka pelayanan bagi para mahasiswa maupun masyarakat umum untuk dapat membaca buku di perpustakaan dengan koleksi lima juta buku itu. Namun, pelayanan dan fasilitas yang diberikan memang belum maksimal karena hingga kini pihak kampus masih melakukan proses pemindahan buku dari tiap fakultas.

Selain itu, secara resmi perpustakaan tersebut akan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sambil menunggu jadwal presiden, mahasiswa dan masyarakat umum sudah mulai bisa membaca buku seharian penuh di sana.

Kepala Perpustakaan UI Luki Wijayanti mengatakan saat ini perpustakaan UI sudah memiliki sedikitnya 100 jenis buku online atau e-book, yang dapat diakses di manapun. Namun, kata dia, jumlah koleksi buku UI saat ini masih pada angka 750 ribu jenis dari target sebanyak lima juta buku.

“Kami masih proses pemindahan, namun untuk datang dan membaca bagi para mahasiswa dan masyarakat sudah bisa. Tetapi masyarakat umum tidak boleh membawa pulang buku yang dipinjam, kalau mahasiswa boleh. Selain itu pengunjung umum membayar iuran Rp2.000 per kunjungan, kalau mahasiswa gratis,” katanya kepada wartawan di acara peluncuran Starbucks di Perpustakaan UI, Jumat (24/6/2011).

Luki menambahkan, koleksi buku UI tentunya tak akan hanya dalam bentuk cetak namun juga elektronik, baik versi Bahasa Indonesia ataupun bahasa asing. Menurutnya, gedung perpustakaan UI seluas 30 ribu meter persegi memang sengaja dibuat luas agar tak hanya sebagai tempat olah asah otak, namun juga untuk mengembangkan ide dan pikiran.

“Dulu perpustakaan hanya untuk tempat asah otak, sekarang berbeda, yakni sebagai tempat olah rasa, olah raga, dan olah pikiran, karena itu gedungnya harus besar, agar karakter dapat terbangun,” ujarnya.

Luki menambahkan kapasitas tempat duduk yang disediakan di perpustakaan UI yakni cukup untuk sepuluh persen dari mahasiswa UI. “Yakni sedikitnya lima ribu kursi kami sediakan untuk mahasiswa UI. Proses pembangunan tahap awal enam bulan, tahap selanjutnya enam bulan, untuk interiornya juga enam bulan. Satu setengah tahun menurut saya luar biasa,” tandasnya.

Pembangunan gedung delapan lantai ini bersumber dari dana pemerintah dan industri, terutama Bank BNI. Dengan anggaran sekira Rp100 miliar, gedung perpustakaan ini didesain dengan konsep sustanaible building, sebagian kebutuhan energi menggunakan sumber terbarukan (solar energy).(rfa)
(sumber :kampus okezone)

Tingkat Kunjungan ke Perpustakaan Rendah

Sabtu, 02 Juli 2011 22:25 WIB

SEMARANG--MICOM: Pustakawan Universitas Gadjah Mada, Lasa HS menyatakan pengunjung Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah di seluruh Indonesia relatif rendah.

"Tampaknya membaca dan akses informasi belum dirasakan sebagai kebutuhan sehari-hari. Hanya 10 hingga 20 persen dari jumlah pengunjung yang datang meminjam buku," katanya usai mengisi acara "Seminar Peran Perpustakaan dalam Menigkatkan Mutu Pendidikan", di Semarang, Sabtu (2/7).

Ia mengatakan, hal tersebut dipengaruhi oleh budaya mendengarkan, menonton, serta berbicara yang masih kental dalam masyarakat Indonesia. "Masyarakat Indonesia lebih suka bercerita dibandingkan dengan membaca, gejala ini tidak lepas dari kebiasaan masa lalu di mana tradisi lisan masih menguasai Indonesia," katanya.

Ia juga menyayangkan banyaknya jumlah tenaga pendidikan baik guru maupun dosen yang belum memanfaatkan perpustakaan secara optimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa daerah di Jawa Tengah, hanya 4,6 persen guru yang memanfaatkan fasilitas perpustakaan daerah, 58,5 persen tidak pernah memanfaatkan perpustakaan, dan sisanya jarang.

"Kurangnya kesadaran pemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat umum masih bisa dipahami, namun jika dilakukan oleh tenaga pendidikan menjadi suatu keprihatinan tersendiri," katanya.

Maka dari itu, ia mengatakan perlunya pengelolaan perpustakaan secara profesional dalam upaya sosialisasi pemanfaatannya kepada masyarakat. "Hal itu untuk mendorong terciptanya masyarakat agar "melek" informasi serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat," katanya. (Ant/OL-04)
(sumber : Media Indonesia)

Friday 24 June 2011

Perpustakaan Masih Tempat "Buangan"

Perpustakaan Masih Tempat "Buangan"
M.Latief | Latief | Selasa, 14 Juni 2011 | 10:43 WIB

TERKAIT:

Diduga Korupsi DAK, 52 Kepsek Diperiksa
Akhirnya... Perpustakaan UI Diresmikan!
Soal Perpustakaan pun Saling Lempar...
Parah...47 Kabupaten Tanpa Perpustakaan!

JAKARTA, KOMPAS.com - Program pengembangan minat baca dan perpustakaan belum dianggap prioritas oleh Pemerintah. Nyatanya, untuk melaksanakan visi "Terdepan dalam Informasi Pustaka, Menuju Indonesia Gemar Membaca" pagu anggaran 2012 yang ditetapkan oleh Bappenas dan Kementrian Keuangan tak lebih dari Rp 368 miliar atau berkurang 15 % dari anggaran tahun 2011.

Demikian diungkapkan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golongan Karya Hetifah Sjaifudian, di Jakarta, Selasa (14/6/2011). Hetifah mengatakan, Komisi X pada 2012 ini akan menaikkan anggaran perpustakaan menjadi Rp 2,5 triliun.

"Sebetulnya minat baca generasi muda cukup tinggi, hanya saja, sarana dan bahan bacaan tidak tersedia. Jika harus membeli sendiri harga buku di Indonesia tergolong sangat mahal. Padahal, selain media belajar, buku juga merupakan sarana rekreasi," ujar Hetifah.

Setiap kota kabupaten, bahkan kecamatan dan desa seharusnya memiliki perpustakaan. Perpustakaan-perpustakaan tersebut pun sebetulnya tidak harus mewah.

"Terbukti banyak komunitas bisa membuat perpustakaan kecil-kecilan yang menarik," kata Hetifah.

Ia mengakui, banyak hal harus dirombak dan disempurnakan. Dari sisi aturan, undang-undang tentang perpustakaan belum memiliki aturan pelaksanaan berupa peraturan pemerintah (PP). Dari sisi kelembagaan juga belum ada koordinasi yang baik antara Perpusnas dengan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas).

"Sumber daya pengelola di level nasional maupun daerah masih harus ditingkatkan kapasitasnya. Selama ini perpustakaan dikenal sebagai tempat 'buangan' yang tidak menarik, sehingga personil berkualitas enggan bergabung di sini. Itu kenyataan di lapangan," lanjut Hetifah.

Ia menambahkan, dilihat dari sisi desain tata ruang, kebanyakan perpustakaan juga tidak memenuhi syarat. Ruangan umumnya sempit, panas, dan berdebu. Yang tak kalah penting, kata Hetifah, koleksi bahan bacaan yang tersedia kurang bervariasi dan tidak menarik karena masih didominasi buku teks.

"Koleksi sastra sangat minim, apalagi buku bacaan untuk anak dan remaja. Teknologi penelusuran dan pencarian bahan juga perlu dikembangkan, karena bukan hal yang rumit. Harusnya sudah bisa online sebab ke depan itu perlu pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif untuk membangun perpustakaan dan minat baca masyarakat," tambah Hetifah.

Hetifah mengatakan, Panitia Kerja (Panja) Perpustakaan dan Minat Baca di Komisi X yakin bisa melaksanakan upaya tersebut. Hanya, syaratnya harus dimulai dengan menyusun strategi secara bersama-sama secara partisipatif dengan melibatkan masukan dari berbagai komponen masyarakat. (sumber : kompas)

Thursday 19 May 2011

Kerjasama Pustakawan, Guru, Dan Sekolah Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi


Ringkasan Materi Seminar
“KERJASAMA PUSTAKAWAN, GURU, DAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI”

Oleh :
Sri Rohyanti Zulaikha
(Dosen, Pustakawan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

PROBLEMATIKA PUSTAKAWAN, GURU, SEKOLAH, DAN TEKNOLOGI INFORMASI :

Problem dari Pustakawannya :
  • Sosialisasi perpustakaan
  • Sibuk dengan dirinya sendiri misalnya dalam pengolahan buku dan jarang berpikir tentang pemustakanya.

Problem dari Gurunya :
  • Sikap guru. Tentang perpustakaan hanya sebatas sampingan kerja.
  • Syarat administrasi. Minim ilmu tentang perpustakaan. Idealnya harus ada niat dan kemauan bisa menjadi guru pustakawan.
Problem dari Sekolahnya :
  • Perpustakaan belum menjadi prioritas utama
  • Dana tidak realistis dari anggaran yang seharusnya disediakan 5% untuk perpustakaan, tapi tidak diberikan untuk perpustakaan.
  • Mengutamakan ruang kelas daripada ruang perpustakaan
  • Perekrutan SDM yang belum pas. Sebagai contoh yang tepat di Kulon Progo dan Padang, SDM untuk pustakawan sudah di PNSkan.
  • Kepala perpustakaan sudah pustakawan, namun kebijakan ada pada sekolah
Problem dari TI nya :
  • Kurang relevansi TI dan Komputasi
  • Pengetahuan pustakawan terhadap operasional komputasi minim
  • Komputasi yang dikenal hanya software untuk perpustakaan bukan untuk pemustakanya
  • Komputasi hanya berpikir administrasi bukan pemustaka
  • Banyak aturan untuk pemustaka dibandingkan dengan kemudahan untuk pustakawannya
  • Tidak adanya kepedulian “Care” terhadap pemustaka tetapi lebih ke sisi egoisme kepentingan pustakawan.

SUDAHKAH BERORIENTASI UNTUK PEMUSTAKA ?
  • IFLA : perpustakaan sekolah sumber pembelajaran di sekolah dan sebagai sumber belajar yang aktif
  • Program pembelajaran aktif :

  1. Di perpustakaan : di panelkan antara perpustakaan dengan mata pelajaran lain. Misalnya : bahasa Indonesia dengan perpustakaan
  2. Literasi Informasi : Independent Learner’s/pembelajar mandiri
  3. Kepala Sekolah : harus seperti riak/gelombang dan harus ada komunitas
  4. Teori ASLA (Asosiasi Perpustakaan Sekolah Australia) : adanya perbaikan kurikulum, implementasi kebijakan perpustakaan, teacher/guru bisa melibatkan anak siswanya.
  5. Revitalisasi perpustakaan sekolah : pustakawan harus menjadi provokator terhadap kepala perpustakaan, kepala sekolah, diknas, dan sekolah itu sendiri, dst. Karena para pemangku kepentingan tidak mengerti bicara perpustakaan. Maka pustakawan menjadi mediator kepada siswa, guru, kepala sekolah dan sekolah
  6. TI : terampil literasi informasi, mindset/cara berpikir ke depan, keterampilan berinformasi, alat/tool bukan tuhan, dan point to zero.
Pesan untuk kolaborasi dari seminar ini adalah :
  • Harus memulai secara benar
  • CCTV benar manfaatnya
  • Semangat
  • Ide dijual ke kepala sekolah
PESAN KAMI DALAM PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

Oleh Sri Rohyanti Zulaikha (Dosen, Pustakawan UIN Sunan Kalijaga), Zainal Fanani (MAN 3 Yogyakarta “MAYOGA”), Aris Sukamto (Guru Pustakawan, MTs 1 Piyungan), dan Drs. Purwono, M.Si.(Pustakawan Utama, Fak.Teknik UGM)

Sri Rohyanti Zulaikha (Dosen, Pustakawan UIN Sunan Kalijaga)

Kiat yang dilakukan oleh MAN 3 Yogyakarta :
  1. Tidak suka membaca buku tetapi merokok, contohnya : karakter guru yang suka merokok dan suka bola, terus mencari buku ke perpustakaan. Pendekatan dari pustakawan adalah ditanya dgn hati nurani terdalam/pendekatan personal.
  2. Minta pertemuan dengan guru dan kepala sekolah.
  3. Perpustakaan jadi gula yang dirubungi semut. Kalau ada dana untuk kreativitas. Contoh : dari guru bahasa Indonesia memberikan tugas kepada siswanya mereview buku, atau guru seni memberikan tugas lomba gambar/seni. Dan perpustakaan menyediakan kebutuhan koleksi yang dibutuhkan oleh masing-masing guru dan siswa.
  4. Sosialisasi perpustakaan.
  5. FKSGM (Forum Kepala Sekolah dan Guru Madrasah) : Manajemen perpustakaan buat katalog, FGD (Forum Group Discussion), belajar melayani. Dalam hal ini antara kepala sekolah dan guru dalam diskusi menjadi cair untuk memulai dan memikirkan kebijakan baru di perpustakaan. Walaupun ada yang bergerombol antar kepala perpustakaan untuk ngobrol-ngobrol.
  6. Pimpinan terjun langsung.
Bapak Zainal Fanani (MAN 3 Yogyakarta “MAYOGA”)
  1. Berita regulasi besar di tahun yang akan datang terkait dengan sekolah dari peraturan gubernur yaitu :
  2. Anak Sekolah Dasar (SD) : wajib 1 jam membaca buku di perpustakaan (jika tidak ada perpustakaan wajib baca, entah itu mau di kantin)
  3. Buku terpaksa memikirkan dengan peraturan (pengawas untuk jadi orang baik, daripada ikhlas tapi jelas)
  4. Ikon keistimewaan Yogyakarta, siapkah jadi pustakawan ?
  5. Anda sebagai pustakawan menjadi provokator…”kami adalah kumpulan provokator…dengan menunjukan slide gambar-gambar perpustakaan yang bagus di laptop atau dimanapun” …sesuai dengan kreativitas untuk memprovokatori terhadap kemajuan perpustakaan.
Memberdayakan Perpustakaan, ada 5 hal yang sebaiknya dilaksanakan :
  1. Benahi tangible image building, dengan : merangsang orang untuk datang ke perpustakaan, tanyakan keinginan dan pendapat murid tentang perpustakaan “apa yang dilihat dari perpustakaan ?”, menata perpustakaan sesuai selera siswa “apakah yang disukai warnanya/musiknya ?”
  2. Kembangkan program kunjung perpustakaan
  3. Pengalaman positif pustakawan di perpustakaan : kemampuan komunikasi empatik dari pustakawan kepada siswa, care terhadap siswa, dst.
  4. Pengembangan koleksi : orientasi pada pemustaka, buku yang menarik minat baca siswa sesuai dengan hobi/impian siswa, buku paket setahun adanya program BOPS (Bantuan Operasional Perpustakaan Sekolah) menyediakan honor untuk pustakawan/perpustakaan sebesar 4 juta rupiah selain dana dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah).
  5. Pengalaman awal membaca yang positif : baca buku susah (mindset yang pertama kali oleh siswa ketika membaca, maka pustakawan harus pintar memilihkan hobi membaca. Biasanya ditawari buku yang sesuai dengan hobi atau impian siswa.

Jadi siswa akan menjadi pembelajar teknis mandiri.

Bapak Aris Sukamto (Guru Pustakawan, MTs 1 Piyungan)
Saya bukan seorang pustakawan, saya adalah seorang guru IPS, tapi pandangan saya terhadap perpustakaan :
  • Saya diklat perpustakaan di UIN 600 jam, sebagai modal pelatihan.
  • Guru bercerita tentang buku baru.
  • 1 siswa = 1 buku
  • Workshop perpustakaan-perpustakaan terbentuk IGPM (Ikatan Guru Perpustakaan Madrasah)
  • Harus milih jalur guru atau pustakawan ?
  • Bargaining position/posisi tawar menawar
  • Bench marking ke McGill University dan Quebec City
  • Buku taruh di meja
  • Ketua ATPUSI DIY : Tenaga PTT/Honorer, wakil dari pengawas lewat jalur PGRI. Unit professional pustakawan di DIY diperjuangkan.
  • IGPM melantik 4 kabupaten, belum termasuk Kabupaten Gunung Kidul
  • Menambah koleksi/hibah koleksi dari guru/karyawan yang naik pangkat, mau pensiun atau pindah/dimutasi agar menyumbangkan buku.
  • Pendidikan formal perpustakaan minimal D2 atau diklat perpustakaan
  • PPMB (Penalaran Pengembangan Minat Baca)
  • Kerjasama dengan Forum Perpustakaan yang ada di DIY (ATPUSI DIY, FPSI, ALUS, HIMPUSMA, IPI, dll.)
  • Data lah keinginan siswa itu apa saja, tergantung jenjang pendidikannya.
  • Pengelolaan manajemen

Bapak Drs. Purwono, M.Si. (Pustakawan Utama, Fak.Teknik UGM)

Pengalaman kurang dari 6 Provinsi terkait dengan perpustakaan sekolah:

SMA Saverious :
  • Desain perpustakaan non formal.
  • Buku dipisah antara buku paket dan pengayaan.
  • Wajib kunjung ke perpustakaan untuk semua mata pelajaran di sediakan ruang kelas. Siswa kelas 1 sore, siswa kelas 2 pagi. Dan tidak ada tawar menawar.
  • Library Based Learning
Madrasah :
  • Memberdayakan siswa. Siswa SD yang nakal/bandel agar diberdayakan untuk membantu melayani, shelving di perpustakaan
  • Guru kelas dan pustakawan turut membantu
Mataram Lombok :
  • Membaca : yang laki-laki hobinya bola dilanggankan koran bola, atau yang wanita dilanggankan majalah femina.
  • Menyediakan koran nasional ada 4 judul, dan koran lokal ada 3 judul.
Pesan Lain :
  • Coretan di tembok diarahkan.
  • Kebutuhan pustakawan (D2, S1 ada banyak dan disediakan asal upahnya layak)
  • Tahun 2012, saya sudah pensiun.
  • Literasi informasi selain itu ada perpustakaan alternatif.
  • Dibiasakan bahan bacaan cetak selain “mbah google” non cetak/di laptop.
  • Pesan sebelum pensiun :..”langkahkan kaki dengan pijakan TI, walaupun terbitan tercetak (selama masih ada penulis, penerbit, dll) tidak harus digital, dan fasilitas belum memadai
  • Kembangkan kepustakawan karena Pustakawan Utama di Indonesia hanya ada di UGM (2 orang), IPB (1 orang), UI dan UNAIR. Selanjutnya siapa lagi ?

“Mencoba untuk semangat melakukan lebih berarti daripada sekadar kata.”

Semangat pustakawaners.
Salam Admin.

Monday 24 January 2011

REKOMENDASI HASIL SIMPOSIUM NASIONAL ATPUSI PROVINSI DIY

Berdasarkan hasil Simposium Nasional yang bertemakan “ Revitalisasi peran pustakawan dalam kerja perpustakaan dan pengembangan kepustakawanan” bahwa pada taraf pendidikan di sekolah dimana anak mulai dipacu perkembangan minat bacanya, pada kenyataanya kita kekurangan tenaga dalam menangani perpustakaan. Baik dalam masalah manusianya, materinya maupun dananya. Untuk menanggulangi kekurangan daya ini perlu kiranya pihak terkait seperti Perpustakaan Nasional, Kemendiknas, Kemendagri dan Kemenag duduk bersama memecahkan masalah perpustakaan dalam dunia pendidikan sekolah yang diantaranya adalah :
1. Kemendiknas dan Kemenag membuka rekruitmen untuk pustakawan di sekolah sekolah/madrasah, Untuk sementara guru yang selama ini ditugaskan mengelola perpustakaan dapat dialih jalurkan menjadi pustakawan;
2. Perguruan tinggi yang mempunyai jurusan ilmu perpustakaan atau information studies di sarankan untuk lebih banyak mecetak pustakawan untuk sekolah.
3. Perpustakaan Nasional yang bertindak sebagai pembina perpustakaan sekolah dapat memerankan pembinaannya melalui berbagai bantuan berupa pelatihan, penataran, orientasi. Bantuan lainnya berupa pengalihtugasan karyawan. Hal yang sama dapat dilakukan oleh perpustakaan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, lebih lanjut disarankan agar Perpustakaan Nasional dijadikan pusat pengadaan dan penyebaran pustakawan seluruh indonesia.
4. Pemerintah daerah yang bertindak sebagai pemangku kebijakan otonomi daerah seyogyanya memberikan perhatian terhadap jabatan fungsional pustakawan dengan memberikan kesejahteraan sesuai amanah UU Perpustakaan No. 43 Tahun 2007 yang selama ini belum diperhatikan secara maksimal.
5. Kepala sekolah dalam hal ini sebagai pejabat tertinggi di Instansi sekolah, hendaknya memberikan kepercayaan dan perhatian kepada perpustakaan dan pustakawan/tenaga perpustakaan dengan menempatkan Perpustakaan dibawah koordinasi langsung kepala sekolah sehingga pustakawan dapat dengan maksimal untuk mengembangkan perpustakaan di sekolah sesuai dengan fungsinya.

Demikian rekomendasi ini dinyatakan sebagai wujud perkembangan perpustakaan dan kepustakawanan di Indonesia dengan harapan bisa ditindaklanjuti dan disikapi sebagaimana mentinya.

Thursday 13 January 2011

Simposium Nasional ATPUSI DIY & Pelantikan IPI DIY