Saturday 6 February 2010

Pustakawan Indonesia Harus Tahu Banyak Hal

Kamis, 4 Februari 2010 | 22:07 WIB



Dari kiri ke kanan: Lucya Dhamayanti, Meutia Hatta, Utami (Dosen Kepustakaan UI), dan Diljit Singh.
Dok UPH

Abad 21 ini abad dimana setiap saat muncul informasi baru, sehingga setiap orang perlu melek informasi. Meskipun fasilitas yang digunakan tidak canggih, masyarakat tetap dapat memiliki kemampuan untuk dapat memanfaatkan dan menikmati informasi.
TANGERANG, KOMPAS.com - The Johannes Oentoro Library UPH, menggelar seminar “Information Literacy (IL) Training for Trainers”, yang diikuti 50 pustakawan dari universitas dan sekolah di Tangerang, Jakarta serta beberapa daerah di Indonesia.
Seminar tiga hari, ini menghadirkan pembicara Diljit Singh, University of Malaya, Lucya Dhamayanti, mewakili Gerakan Pemasyarakatan Minat- Perpustakaan Nasional, dan beberapa pustakawan dari berbagai perpustakaan beberapa perguruan tinggi diantaranya Universitas Atmajaya, UI, UPH dan British International School.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Dr. Meutia Hatta dalam sambutannya menegaskan pentingnya memiliki kemampuan dalam literasi informasi. "Saya melihat bahwa literasi di bidang informasi ini harus dikembangkan karena selalu ada hal baru dan orang tidak boleh ketinggalan, tapi masa lalu itu bagian dari masa sekarang. Kemajuan kita sekarang ini tidak boleh menghilangkan hal-hal yang lama," jelas Meutia menanggapi pentingnya menyimpan dan merawat buku-buku lama, yang mungkin saat ini sudah sedikit digunakan.

Dalam seminar yang dilangsungkan di Perpustakaan UPH (The Johanes Oentoro Library) lantai tiga ini, Meutia juga menambahkan bahwa kalangan akademisi, baik yang di tingkat dasar maupun universitas, harus memiliki kesadaran akan informasi yang masuk, sehingga mereka akan terus mengetahui informasi yang baru. Namun, pengetahuan terhadap informasi-informasi itu tidak lepas dari bantuan pustakawan. "Pustakawan harus mengetahui hal-hal lama maupun baru dalam berbagai bidang, meskipun pustakawan memiliki interestnya sendiri," kata Meutia.

Pentingnya seminar mengenai literasi informasi ini, menurut Meutia, dapat membantu pustakawan di daerah lain, bukan hanya Jakarta, dalam mengatur, menyusun, merawat, dan memanfaatkan informasi. Selain itu, penting juga bagi pustakawan khususnya dan akademisi pada umumnya, untuk mendorong minat masyarakat Indonesia dalam membaca, maupun memanfaatkan internet untuk menambah informasi.

Indonesia Mulai Melek Informasi

Menurut Diljit Singh, literasi informasi semakin penting bagi masyarakat, baik dari negara maju maupun negara berkembang, bahkan Afrika. Abad 21 ini merupakan abad dimana setiap saat muncul informasi baru, sehingga anak-anak dan dewasa perlu melek informasi. Meskipun fasilitas yang digunakan tidak canggih, masyarakat tetap dapat memiliki kemampuan untuk dapat memanfaatkan dan menikmati informasi.
Diljit Singh berpendapat bahwa Indonesia mulai memiliki kesadaran akan informasi baru. “Saya rasa dari yang saya tahu, Indonesia sudah melakukan langkah yang baik. Masyarakat Indonesia sudah menciptakan kesadaran akan informasi, melalui lembaga-lembaga seperti Perpustakaan Nasional RI, universitas seperti UPH, bahkan perpustakaan sekolah. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita mengajarkan kesadaran informasi itu kepada orang lain,” jelas Singh.

Di lain pihak, Lucya Dhamayanti berpendapat bahwa penting bagi pengajar maupun pustakawan untuk bisa mengembangkan kemampuan literasi informasinya. Selain itu, fasilitas buku-buku dalam perpustakaan juga mendukung berkembangnya kemampuan masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan informasi literasi bagi dirinya maupun orang lain. Tugas universitas-universitas yang memiliki fasilitas perpustakaan yang lengkap untuk bisa mengajarkan kemampuan literasi informasi kepada lapisan masyarakat yang lain.
“Seperti UPH, UI, dan universitas-universitas bagus lainnya untuk membina yang di bawahnya. Karena pemerintah itu kan tak punya kekuatan demikian besar untuk mensejajarkan semua bagian,” jelas Lucya.

Pengembangan kemampuan literasi informasi ini harus bersamaan antara sumber daya manusia dan fasilitas. Bagi Perpustakaan Nasional RI sendiri, adanya perpustakaan keliling dan perpustakaan desa, diharapkan dapat membantu berkembangnya kemampuan warga disekitar perpustakaan itu.
Selain itu, Perpustakaan Nasional juga mengadakan training serupa untuk membina pustakawan-pustakawan di daerah, yang bisa membagikan kemampuannya kepada orang lain. Sehingga semakin banyak orang-orang yang memiliki kemampuan dalam literasi informasi.

Diadakannya seminar ini dilatarbelakangi oleh melimpahnya informasi sebagai dampak globalisasi, yang harus dimanfaatkan secara efisien dan efektif oleh masyarakat, khususnya kalangan akademisi. Berangkat dari kondisi tersebut UPH menggelar seminar yang bertujuan untuk memperlengkapi teacher librarian atau trainer dengan berbagai pengetahuan dan keahlian dasar untuk menjalankan peran dan tugasnya dalam memanfaatkan informasi.
Share:

2 comments:

  1. pak arsidi ketua ATPUSI DIY ikut acara di atas lho.. Semoga besok bisa bagi2 ilmunya buat temen2 pustakawan sekolah yang lain khususnya di DIY. Selamat dan sukses selalu..

    ReplyDelete
  2. transfer ilmunya ya pak arsidi...(admin)

    ReplyDelete